Ini 10 Adat Istiadat Sumatera Barat dan Penjelasannya

Posted on

Adat Istiadat Sumatera Barat (Sumbar) yang biasa dilakukan oleh warga Minang (Padang) memiliki ciri khas tertentu dan kaya akan nilai spiritual, khususnya ajaran agama Islam. Desripsi dan penjelasan adat Istiadat Sumbar ini sangatlah penting untuk diketahui. Melalui artikel ini, kami akan sampaikan hal tersebut, seperti apa saja adat istiadat propinsi Sumatera Barat, gambar terkait dengan tradisi serta informasi lain yang mempunyai korelasi.

Kabar baiknya, masih ada kebiasaan, tradisi atau upacara di propinsi Sumatera Barat yang terus dilestarikan oleh masyarakat Minang dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah, seperti kebiasaan Makan Bajamba, Lomba Itik dan lain -lain.

Kalau dihitung, jumlah adat Istiadat Minangkabau sangatlah banyak dan tidak bisa dihitung dengan jari. Kesemua sarat dengan ajaran agama Islam sebagaimana prinsip dari orang Minang sendiri yang menyatakan: “Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah”. Berdampingan dengan wilayah Riau dan Mandailing, ada beberapa kesamaan adat istiadat dengan adat istiadat Mandailing. Begitu juga dengan adat istiadat Melayu yang banyak ditemukan di propinsi Riau.   

Baik, berikut ini beberapa nama – nama adat istiadat suku Minang yang ada di propinsi Sumatera Barat.

1. Makan Bajamba

Masyarakat suku Minang sedang Makan Bajamba pada acara tertentu (detik)

Tradisi Makan Bajamba ini merupakan salah satu tradisi yang sampai saat ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Sebutan lain Makan Bajamba adalah Makan Barapak, yang merupakan tradisi makan dengan cara bersama di sebuah tempat, dan biasanya dilakukan pada hari besar agama Islam, upacara adat atau acara – acara penting lainnya. Tradisi ini diperkirakan merupakan pengaruh dari masuknya agama Islam ke wilayah Sumatera Barat sekitar abad ke 7 masehi. Maka tidaklah heran jika pada pelaksanaannya Makan Bajamba ini sangat kental dengan adab makan dalam ajaran Islam.

2. Tabuik

Warga Padang Pariaman sedang melakukan acara Tabuik (tempo)

Tabuik sendiri adalah sebuah tradisi yang dilakukan masyarakat Pariaman, Sumatera Barat untuk memperingati wafatnya cucu Nabi Muhammad Saw yang bernama Hasan dan Husein. Acara ini bahkan menjadi satu even tahunan yang sampai saat ini masih selalu digelar setiap tahunnya. Bahkan tradisi ini menjadi salah satu even yang menarik bagi para wisatawan baik lokal maupun manca neagara.

Acara Tabuik ini biasanya berlangsung selama satu minggu dan perayaan puncaknya akan jatuh pada tanggal 10 Muharram. Pada momen puncak perayaan acara Tabuik ini pada umumnya biasanya masyarakat Minang dari seluruh penjuru propinsi Sumatera Barat akan ramai di kota Pariaman untuk menyaksikan momen sakral yang dikenal dengan sebutan “Hoyak Tabuik”.

Baca: Rumah Adat Tradisional Padang

3. Balimau

Kegiatan Balimau di gelar secara bersama oleh masyarakat Minang (Liputan6)

Dalam tradisi masyarakat suku Minang guna menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dikenal satu tradisi Balimau. Balimau ialah sebuah tradisi mandi membersihkan diri menjelang bulan Ramadhan. Rutinitas yang begini pada umumnya masyarakat Minangkabau melakukan disuatu tempat yang bernama lubuak (sungai). Pada arti lain, kegiatan Balimau juga artinya mensucikan kondisi bathin dengan memaafkan dan meminta maaf masing – masing orang di waktu sebelum bulan suci Ramadhan tiba.

4. Maulid Nabi di Pariaman

Warga Padang Pariaman tampak serius mendengarkan Ustadz ceramah pada acara Maulid Nabi (Pariamankota)

Indonesia memiliki satu tradisi perayaan maulid Nabi yang biasanya dilaksanakan sekali pada bulan Rabiul Awal tahun Hijriyah. Seperti kita ketahui, biasanya acara peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw dipraktekkan dengan kegiatan ceramah para ustadz dan tabligh akbar, namun berbeda dengan daerah Padang Pariaman, Sumatera Barat. Peringatan Maulid Nabi di daerah Pariaman dilakukan dengan cara yang khas dan sama sekali berbeda. Masyarakat di Padang Pariaman biasanya melaksanakan Maulid Nabi sepanjang bulan Rabi’ul Awal hingga bulan Jumadil Akhir.

Kegiatan ini dilakukan secara marathon, bergiliran dari satu Surau ke Surau (rumah ibadah) lainnya. Pelaksanaannya sendiri dilakukan selama dua hari, biasanya pada hari Sabtu dan Ahad. Pada hari Sabtu siangnya para ibu-ibu dan anak gadis yang menjalankan tugas dengan membuat berbagai macam masakan dan aneka hidangan. Sajian menu makanan paling unik dan khas saat acara Maulid di Pariaman ini yaitu makanan Lamang (lemang).

Kemudian pada malam harinya dilaksanakan prosesi ‘Badikia’ (Berdzikir). Dalam prosesi ini mereka yang digelar para ulama yang di Pariaman mempunyai sebutan Tuanku, Imam Katik atau Imam Khatib, serta Labay berkumpul di Surau membacakan dzikir bersama dan shalawat sampai waktu pagi menjelang.

Di hari selanjutnya, menjelang sore hari yang bertepatan sehabis waktu sholat Ashar dilaksanakan prosesi Makan Bajamba secara bersama. Pada momen ini semua isi kampung akan berkumpul di Surau untuk menikmati masakan khas Padang yang telah dibuat pada hari sebelumnya. Fungsi lain dari kegiatan ini yaitu masyarakat juga menghimpun sumbangan dalam bentuk infaq dan sedekah untuk pembangunan Surau atau Masjid yang membutuhkan.

5. Batagak Pangulu

Beberapa orang tampak serius mengikuti acara Batagak Pangulu (Google Image)

Masyarakat etnis Minangkabau dikenal sebagai masyarakat yang masih kuat ikatan kekeluargaan dan memiliki budaya bersuku (kaum). Setiap suku lazimnya akan dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Pangulu suku atau Datuak. Ketika terjadi pengangkatan kepala suku baru, maka akan diadakan upacara Batagak Pangulu. Tradisi ini adalah salah satu upacara besar (akbar) yang sudah jadi kebiasaan ditengah masyarakat Minangkabau. Kegiatan menyembelih kerbau dan mengadakan acara pesta selama kurun waktu 3 (tiga) hari sampai 7 (tujuh) hari menjadi bagian acara yang meramaikan.

Baca: Alat Musik Tradisional Sumatera Barat

6. Pacu Itiak

Hewan Itiak tampak terbang pada sebuah acara yang digelar bernama Pacuan Itiak (Padangkita)

Kegiatan atau tradisi Pacu Itiak umumnya dilakukan pada 11 lokasi yang berbeda di kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Prosedur perlombaan Pacu Itiak yaitu dengan melemparkan hewan piaran Itiak sampai terbang menuju garis finish yang ditentukan oleh panitia. Hewan yang cepat sampai ke finish akan diumumkan sebagai pemenangnya. Adapun jauh jarak dari start sampai finish sekitar 800 meter saja. Pemilik Itiak yang menang akan mendapatkan hadiah dari panitia.

Keseruan tampak ketika Itiak dilepaskan dan mulai terbang untuk mencapai garis finish.

7. Batagak Kudo-kudo

Sekumpulan warga Minang tampak menghadiri acara Batagak Kudo-Kudo (Mantabz)

Orang Minang mempunyai satu tradisi unik dalam membangun sebuah rumah. Tradisi Batagak Kudo-Kudo ini adalah salah satu bagian dari rangkaian panjang pada tradisi masyarakat Minangkabau dalam membangun rumah sebagai tempat tinggal. Upacara ini dilaksanakan ketika rumah yang akan dibangun dipasang pondasi atau yang disebut sebagai kuda-kuda. Umumnya kegiatan ini persis ‘baralek’ dengan mengundang orang kampung dan sanak famili untuk berhadir. Mereka bawa kado sebagai bentuk partisipasi dalam bentuk seng, batu atau bahan – bahan lainnya. Tradisi ini juga menjadi salah satu yang menguatkan ikatan kekerabatan di antara orang Minang.

8. Turun Mandi

Anak bayi yang sedang mengikuti tradisi Turun Mandi di Padang (Viva)

Tradisi Turun Mandi dilaksanakan sebagai bentuk kesyukuran atas lahirnya seorang anak. Selain itu, sebagai ajang sosialisasi kepada lingkungan sekitar bahwa telah lahir seorang anak dari sebuah keluarga atau suku Minang. Upacara Turun Mandi dimulai dengan persiapan berbagai perlengkapan, kemudian arak-arakan menuju sungai (batang aia) tempat dilaksanakannya upacara Turun Mandi tersebut. Tempat untuk pelaksanaan tradisi ini tidak sembarangan, melainkan sudah ditetapkan tempatnya, yaitu di Batang Aia atau Sungai. Upacara Turun Mandi sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Minangkabau.

9. Pacu Jawi

Dua sapi yang sedang dipakai untuk pertunjukkan Pacu Jawi di Sumatera Barat (Blogkulo)

Salah satu tradisi unik lainnya yang menjadi favorit dari Sumatera Barat adalah Pacu Jawi. Pacu Jawi adalah upacara unik yang dilaksanakan oleh masyarakat Tanah Datar, terkhusus masyarakat di kecamatan Sungai Tarab, Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan. Secara sekilas Pacu Jawi hampir sama dengan tradisi Karapan Sapi di daerah Madura. Namun yang membedakan keduanya adalah lahan yang digunakan. Pada Karapan Sapi diketahui memakai sawah yang kering, sedang tradisi Pacu Jawi memakai lahan sawah yang basah dan penuh lumpur. Perbedaan lain yang sangat jelas terkait dengan mempercepat larinya sapi, seorang yang bertugas sebagai joki Pacu Jawi tidak menggunakan tongkat seperti tradisi yang ada di Karapan Sapi, para Jokowi akan menggigit ekor sapi guna mempercepat larinya sang sapi.

10. Baburu Babi

Sekumpulan warga Minang sedang bersiap untuk melakukan Baburu Babi (Sumbar.travel)

Berburu babi di propinsi Sumatera Barat berbeda dengan cara berburu babi pada umumnya, di sini masyarakat yang berburu babi memakai anjing untuk menangkap babi – babi hutan yang merusak tanaman para petani. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh kaum muda dan sudah dilakukan secara turun temurun.  Adapun hasil tangkapan berupa binatang babi-babi liar kemudian digunakan untuk makanan anjing peliharaan mereka. Hal ini disebabkan, mayoritas warga Minang menganut agama Islam yang mengajarkan memakan babi hukumnya haram. Aksi berburu babi ini umumnya dilakukan oleh warga Minang setiap akhir pekan dan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

Baca: Lagu Daerah Sumatera Barat

Demikian informasi mengenai adat istiadat Sumatera Barat ini kami sampaikan untuk para pembaca dimana pun berada. Jika Anda menemukan manfaat dari artikel ini silahkan bagikan kepada teman – teman. Namun jika menemukan kesalahan, sampaikan kepada kami.

Ingin ke Padang dan butuh informasi rental mobil Padang? Baca disini

Loading...

Leave a Reply