Adat istiadat Maluku, mulai dari Maluku Utara, Maluku Tengah dan Maluku Tenggara serta penjelasannya adalah ciri khas yang ada didaerah bagian Indonesia ini. Tradisi yang ada harus terus mendapat perhatian agar lestari sampai generasi selanjutnya. Kita ketahui, Daerah Maluku juga memiliki keindahan alam yang mengundang para turis untuk datang. Harusnya para turis, baik dari lokal dan internasional juga di kenalkan adat istiadat Maluku juga.
Khusus mereka yang masih belajar disekolah sudah pasti tahu apa nama – nama kebiasaan atau tradisi dan upacara di Maluku. Tak sampai disitu, biasanya mereka juga mengetahui sejarah dan asal usulnya. Dari yang sakral sampai dengan kebiasaan adat yang sudah mulai dilupakan oleh generasi sekarang karena pengaruh budaya luar.
Sekilas Tentang Maluku
Berdasarkan informasi dari laman Wikipedia, menyatakan bahwa Maluku adalah sebuah provinsi yang meliputi bagian selatan Kepulauan Maluku, Indonesia. Dan mempunyai jumlah penduduk dengan perkiraan jumlah penduduk sebanyak 1,8 juta jiwa. Dikenal sebagai propinsi terbesar ke 28.
Baca juga: Alat Musik Tradisonal Maluku
Oke, kita kembali lagi bahas sesuai judul.
Bagi Anda yang belum tahu apa saja adat istiadat yang ada daerah Maluku, berikut ini informasinya.
1. Tradisi Pataheri
Dalam budaya masyarakat Maluku setiap anak laki – laki yang sudah beranjak dewasa harus menggunakan ikat kepala bewarna merah yang menjadi salah satu simbol kekuatan. Ikat kepala ini terbuat dari kain berang dengan warna merah yang terang. Untuk mendapatkan ikat kepala ini setiap laki-laki akan melakukan tradisi pataheri. Pataheri sendiri adalah sebuah tradisi untuk mendapatkan ikat kepala merah sebagai simbol kedewasaan seorang laki-laki dengan cara memenggal kepala orang lain.
Tradisi ini memang sangat ekstrim untuk dilakukan meski memiliki makna yang cukup mendalam bagi masyarakat maluku sendiri. Seiring berjalannya waktu tradisi ini mulai tidak diberlakukan lagi sejak awal tahun 1900 – an.
2. Upacara Tihi Huau
Masyarakat suku Naulu memang dikenal sebagai masyarakat yang memmilki banyak tradisi adat yang beberapa diantaranya masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu dari tradisi tersebut adalah Upacara Tihi Huau. Menurut kepercayaan masyarakat Naulu seorang anak baik laki-laki maupun perempuan sangat rentan terhadap pengaruh buruk dari roh -roh jahat yang ada disekitar mereka serta pengaruh jahat dari sift-sifat buruk yang mungkin ada pada diri orang tua mereka.
Upacara Tihi Huau adalah satu tradisi yang disimbolkan dengan dengan prosesi pemotongan rambut yang diyakini mampu membuang segala pengaruh buruk yang berasal dari luar diri seorang anak. Kegiatan ini biasa dimlai dengan memposisikan si anak agar duduk di sebuah kursi. Diikuti dengan keluarganya dengan posisi membentuk lingkaran mengelilinginya. Selanjutnya, seorang yang bergelar Momo Kanate (Kepala Soa yang memimpin upacara) menghampirinya dan membaca doa serta memotong rambut si anak memakai alat pemotong yang diberi nama Bulu Sero.
Baca: Alat Musik Tradisional Suku Nias
3. Aturan Adat Sasi
Budaya Sasi adalah salah satu budaya yng telah diwariskan oleh nenek moyang masyarakat maluku sejak berabad yang lalu. Sebelum masuknya pengaruh agama ke daerah maluku adat sasi ini diberlakukan oleh raja-raja maluku, Namun setelah masuknya pengaruh agama ke maluku maka tanggung jawab ini diambil alih oleh pemuka masing-masing agama.
Adat sasi sendiri merupakan larangan mengambil hasil alam sebelum tiba waktu yang telah ditentukan baik berupa hasil laut maupun hasil bumi. Tujuann dari diberlakukannya aturan adat ini adalah agar hasil yang didapat bisa dirasakan dan dinikmati bersama sehingga masyarakat benar-benar merasakan hasil dari kerja kerasnya selama ini. Selain itu aturan adat ini juga bertujuan untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan di maluku.
4. Tradisi Masa Kehamilan Suku Nuaulu
Tradisi masyarakat suku Naulu lainnya adalah mengasingkan wanita hamil dan wanita yang sedang datang bulan. Tradisi ini memang berlaku pada masyarakat naulu yang mendiami wilayah pedalaman pulau seram maluku. Wanita-wanita ini akan diasing kan di gubuk-gubuk yang telah disediakan dan dibuat secara khusus.
Para wanita hamil itu akan diantar oleh keluarganya ketempat pengasingan yang disebut dengan tikusune. Lokasi gubuk-gubuk untuk pengasingan ini sendiri terbilang jauh dari tempat tinggal masyarakat adat naulu. Tradisi ini merupakan salah satu tradisi yang sudah sangat lama bercokol pada masyarakat suku naulu.
5. Obor Pattimura
Patimura adalah pahlawan nasional yang berasal dari daerah maluku. Patimura menjadi salah satu penyemangat masyarakat ambon untuk melakukan perlaanan terhadap penjajahan bangsa belanda. Obor patimura adalah salah satu tradisi masyarakat maluku yang dilakukan hampir setiap tahunnya. Tradisi ini dimulai dari Pulau Saparua menyeberangi lautan menuju Pulau Ambon, lalu diarak sepanjang 25 kilometer menuju Kota Ambon.
Tradisi obor patimura diawali dengan pembakaran obor secara alami dipuncak gunung saniri di pulau saparua. Gunung Saniri merupakan salah satu situs sejarah perjuangan dari pahlawan Pattimura. Tempat ini juga menjadi awal mula perjuangan perlawanan rakyat Maluku melawan penjajah Belanda pada tahun 1817. Berdasar sejarah, Gunung Saniri adalah tempat dimana para Latupati atau para raja bersama melakukan Rapat Saniri guna mengatur strategi perang ke Benteng Durstede.
Baca juga: Alat Musik Tradisional Indonesia
6. Pela Gandong
Tradisi pela gandong adalah salah satu tradisi yang hingga saat ini masih sering dilakukan oleh masyarakat maluku. Tradisi ini masih sering dilakukan hingga kini karna dirasa memiliki nilai-nilai pemersatu yang tinggi. Pela gandong adalah salah satu tradisi perjanjian persaudaraan antar satu negeri (sebutan untuk kampung atau desa) dengan negeri lainnya.
Tradisi Pela seperti ini biasanya terjadi karena suatu peristiwa yang melibatkan beberapa desa untuk saling membantu. Pada ikatannya, mengandung rangkaian nilai dan aturan dalam persekutuan persaudaraan dan kekeluargaan. Dalam hubungan persaudaraan ini mengharuskan negeri-negeri yang berpela untuk saling membantu dalam keadaan genting baik karna perang ataupun bencana alam.
7. Makan Patita
Makan Patita salah satu tradisi yang menurut masyarakat maluku akan semakin mengeratkan tali persaudraaan dan saling mengenal antar negeri(desa). Acara ini biasanya dilaksanakan pada acara yang dianggap peting seperti ulang tahun suatau desa. makan patitta sendiri adalah sebuah tradisi makan bersama dengan masyarakat banyak.
Biasanya setahun sekali, masyarakat adat Maluku selalu menyempatkan waktu untuk menggelar kebiatan Makan Patita ini sampai dua, tiga, bahkan empat, atau lima kali. Karena acara makan bersama seperti ini digelar untuk merayakan suatu momen penting. Jenis makanan yang disuguhkan dalam tradisi ini berupa makanan tradisional yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Maluku. Tersedia makanan tradisional seperti kasbi (singkong), pisang rebus, sagu, kohu-kohu (urap Maluku), ikan, colo-colo, papeda, dan makanan lainnya.
8. Tradisi Kaul dan Abdau
Tradisi Kaul dan Abdau merupakan serangkaian acara berupa atraksi, pertunjukan, hingga parade budaya yang diadakan oleh masyarakat Negeri Tulehu bersama warga dari beberapa negeri lain. Puncak dari Tradisi Kaul dan Abdau adalah penyembelihan hewan qurban.
Tradisi ini merupakan upacara adat Maluku yang telah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu, yaitu setelah terbentuknya pemerintahan otonom yang bersyariat Islam sekitar 1600-an Masehi. Tak heran jika rangkaian acaranya dipengaruhi oleh nilai-nilai islam. Tradisi ini juga menjadi salah satu tradisi yang menarik bagi warga maluku dan para wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang berwisata kesana.
Baca: Tarian Adat Tradisional Maluku
9. Tradisi Timba Laor
Timba Laor adalah salah satu tradisi dari masyarakat Ambon yang sangat unik. Tradisi ini menjadi sebuah festival tahunan yang menarik bagi masyarakat Ambon. Keunikan dan keseruan dari festival ini adalah masyarakat yang datang diajak untuk menimba laor atau cacing laut yang akan muncul kepermukaan pada saat bulan purnama.
Laor adalah sebutan untuk cacing laut atau lyced oele yang memiliki berbagai macam warna dengan ukuran panjang 3-5 cm. Cacing laut ini memiliki nilai protein yang tinggi dibandingkan dengan ikan. Y, cacing yang diambil akan dimasak bersama dan dimakan bersama-sama pula. Festival ini biasanya akan berlangsung pada bulan maret atau april dan biasanya akan sangat menarik bagi wisatawan.
10. Tradisi Cuci Negeri
Tradisi cuci negeri bagi masyarakat Ambon adalah satu tradisi yang memiliki nilai kesakralan yang cukup tinggi. Mayoritas masyarakat ambon menyebut desa dengan sebutan negeri. Tradisi ini dianggap salah satu tradisi yang mengandung makna penghormatan kepada nenek moyang.
Tradisi cuci negeri ini disimbolkan dengan membersihkan tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat yang memiliki nilai kesakralan sejak zaman nenek moyang. Tradisi ini memang sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang hingga saat ini .
11. Budaya Arumbae
Arumbae merupakan simbol dari budaya masyarakat maluku yang sebagian besarnya berprofesi sebagai pelaut atau nelayan. Budaya Arumbae juga menjadi simbol dari masyarakat maluku yang dinamis dan memeilki nilai juang yang sangat tinggi dalam mengahdapi tantangan. guna menyongsong masa depan yang lebih baik dan gemilang.
Baca: Adat Istiadat Sumatera Barat
Demikian informasi tentang adat istiadat Maluku kami sampaikan melalui artikel ini. Semoga dapat menambah wawasan para pembaca yang budiman dan peduli terhadap kebudayaan nusantara.